#BoikotTrans7 — GMNI Tegaskan Tradisi Pesantren Sebagai Warisan Perjuangan Bangsa
Jakarta, 17 Oktober 2025
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) menggelar aksi damai di depan kantor Trans7, Jalan Kapten Pierre Tendean, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jumat sore (17/10). Aksi ini merupakan wujud solidaritas terhadap para santri dan lembaga pesantren usai viralnya tayangan program Xpose di Trans7 yang dinilai melecehkan dunia pendidikan Islam.
Sekretaris Jenderal DPP GMNI, Patra Dewa, menyampaikan bahwa santri merupakan elemen penting bangsa yang telah lama menjadi benteng moral dan kebangsaan.
“Santri adalah benteng tangguh bangsa dari berbagai ancaman. Aksi ini bentuk solidaritas kami terhadap mereka, sebagaimana santri selalu berjuang menjaga marwah bangsa,” ujar Patra di sela-sela aksi.
Patra menilai tayangan Trans7 bersifat tendensius dan berpotensi membunuh karakter pesantren. Ia menegaskan bahwa kebebasan pers tidak boleh mengabaikan nilai-nilai budaya dan spiritual masyarakat.
“Kemerdekaan pers penting, tapi juga harus disertai kebijaksanaan dan sensitivitas kultural. Pers adalah lentera di tengah kegelapan, namun lentera itu tak boleh membakar rumah kebudayaan bangsa sendiri,” ujarnya.
Lebih lanjut, GMNI menyerukan agar semua pihak mengambil pelajaran dari insiden ini dan berkomitmen menjaga keharmonisan sosial dengan menghormati tradisi pesantren sebagai bagian integral dari identitas nasional.
“Sebagaimana pesan Bung Karno: JAS MERAH — jangan sekali-kali melupakan sejarah. Perjuangan santri berdarah-darah membangun bangsa. Karena itu, menjaga tradisi pesantren berarti menjaga jati diri Indonesia,” tegas Patra.
Sementara itu, Koordinator Lapangan Aksi, Riyanto Pratama, menyebut GMNI mengerahkan sekitar 300 peserta aksi dari berbagai daerah.
“Kami datang membawa semangat solidaritas nasional. Banyak kaum marhaen yang tumbuh dan belajar di pesantren. Itu rumah perjuangan rakyat kecil,” pungkasnya.
Aksi damai ini berlangsung tertib dan diwarnai dengan seruan #BoikotTrans7 yang menggema dari barisan massa sebagai bentuk protes moral terhadap penyiaran yang dinilai melukai umat. GMNI menutup aksinya dengan menyerukan doa bersama untuk pesantren dan para santri di seluruh Indonesia. (cbb)