Kolonel Adm Yogie Azhar A. Koto, S.E., M.Han. (Wisudawan STHM 2025): Kita Harus Selalu Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Moral dan Etika dalam Setiap Tindakan dan Keputusan Kita.

banner 468x60

Kolonel Adm Yogie Azhar A. Koto, S.E., M.Han. (Wisudawan STHM 2025): Kita Harus Selalu Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Moral dan Etika dalam Setiap Tindakan dan Keputusan Kita.

 

Jakarta, Gramediapost.com

 

Sebanyak 148 Wisudawan dari Prodi Sarjana dan Pascasarjana Sekolah Tinggi Hukum Militer (STHM) Tahun Akademik 2025 diwisuda oleh Ketua Senat STHM, Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, didampingi Direktur Hukum Angkatan Darat (Ditkumad), Brigjen TNI A. Agung Widi W, S.H., M.H., dan Ketua STHM Brigjen TNI R. Deltanto Sarwi Diatmiko, S.H., M.H., dalam sidang senat terbuka STHM yang digelar di Panti Prajurit Balai Sudirman, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (22/10/2025).

 

 

Acara wisuda diawali dengan acara tradisi Pedang Pora Mahasiswa STHM yang membentuk pagar hidup untuk dilalui oleh para Wisudawan dan Rombongan Kasad, Dirkumad, Ketua Senat STHM, Ketua STHM dan para Anggota Senat Guru Besar STHM.

 

Kolonel Adm Yogie Azhar A. Koto, S.E., M.Han. (Wisudawan STHM 2025)

Sidang Senat Terbuka STHM yang dibuka oleh Kasad ditandai dengan pernyataan pembukaan dan pengetukan palu. Prosesi Wisuda yang dilaksanakan oleh Wisudawan (27 Sarjana dan 131 Magister Hukum) berjalan dengan tertib dan lancar.

Salah satu peserta wisudawan Kolonel Adm Yogie Azhar A. Koto, S.E., M.Han, perwira TNI Angkatan Udara yang berdinas di Lanud Adi Soemarno, menegaskan pentingnya pemahaman hukum bagi anggota militer. Dalam pernyataannya, Yogie yang saat ini menempuh pendidikan Magister Hukum di STHM mengungkapkan alasan filosofis dan praktis di balik keputusannya mendalami dunia hukum.

“Saya bergabung satu setengah tahun yang lalu di STHM, mengambil S2 Magister Hukum,” ujar Yogie. Ia menjelaskan bahwa dasar pemikirannya sederhana: “Ibi societas, ibi ius” — di mana ada masyarakat, di situ pasti ada hukum.

Menurutnya, hukum diperlukan untuk menjaga ketertiban dan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat.

Yogie menekankan keterkaitan antara tugas militer dengan hukum. “Tentara itu menjaga negara, menjaga rakyat, menjaga masyarakat. Kan ada hubungan tuh. Sehingga artinya tentara harus tahu hukum,” ujarnya.

Dengan memahami hukum, tambahnya, negara akan lebih baik karena setiap orang dapat saling menghargai secara hukum.

Selama menempuh pendidikan, Yogie mengakui tantangan utama adalah padatnya tugas di pangkalan. “Tugas kami sehari-hari cukup padat. Pendidikan 85% TNI AU berasal dari lanud kami,” katanya, seraya menambahkan bahwa aktivitas di Lanud Adi Soemarno sering kali membuatnya harus belajar malam hari atau mengikuti kuliah secara daring sambil bekerja. “Kadang saya izin off kamera karena sambil kerja,” ujarnya.

Mengenai arah karier setelah lulus, Yogie menegaskan bahwa dirinya tidak berorientasi pada jabatan. “Tidak, itu tergantung pimpinan,” katanya. Namun, ia mengaku memiliki dorongan pribadi untuk meneruskan cita-cita almarhum ayahnya yang dulu meninggalkan dunia advokat karena enggan membela yang salah. “Saya ingin membuat bapak saya tersenyum di sana. Dengan ilmu hukum, saya akan meneruskan cita-cita beliau,” tutur Yogie dengan nada haru.

Ia menegaskan prinsip hidupnya: “Kita bela yang benar dan harus berani membabat yang salah.” Baginya, membela kebenaran tidak harus dilakukan lewat jabatan militer, tetapi harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Yang salah ya salah, yang benar ya benar. Jangan gara-gara ada uang terus bela yang salah,” tegasnya.

Yogie juga memuji STHM sebagai lembaga pendidikan yang tak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menanamkan filosofi hidup yang berharga. “Alhamdulillah hebat, sekolah ini hebat,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa motivasinya kuliah juga untuk memberi contoh bagi anak-anaknya.

“Bapak sudah setua ini masih mau belajar, masa kalian tidak bisa?” ujarnya sambil tersenyum.

Dalam refleksinya tentang kondisi bangsa, Yogie menyoroti maraknya korupsi di Indonesia. Ia menilai praktik korupsi sebagai bentuk pengkhianatan terhadap rakyat. “Saya sebagai tentara geram mendengarnya,” tegasnya. Yogie menyebut bahwa nilai-nilai korupsi yang kecil hingga besar sama-sama merusak. Ia bahkan menyinggung anak-anak di daerah yang masih harus menyeberang sungai dengan perahu untuk bersekolah. “Saya merinding dengarnya,” ucapnya.

Menyinggung soal hukuman bagi koruptor, Yogie menyatakan pandangannya yang tegas. “Saya orang yang paling setuju hukuman mati,” ujarnya, menilai tindakan korupsi sebagai pencurian besar yang menyengsarakan rakyat. “Koruptor itu maling. Jangan dikasih ampun,” tambahnya.

Di akhir pernyataan, Yogie menyerukan agar seluruh lapisan masyarakat — mulai dari pejabat, aparat, hingga warga biasa — memperbaiki mental dan moral sebagai dasar kemajuan bangsa. Yang terpenting, Kita harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika dalam setiap tindakan dan keputusan kita. Perbaiki Mental dan Moral Sebagai Dasar Pemberantasan Korupsi untuk Kemajuan Bangsa.

 

“Negara kita bukan negara miskin, tapi kaya raya. Cuma mental kita yang perlu dibenahi,” tegasnya.

“Jangan mau dibodoh-bodohi,” tutup Kolonel Yogie Azhar penuh semangat.

 

 

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *