*Mendikdasmen Ungkap LKLB sebagai Pilar Vital Pendidikan Karakter*

*Mendikdasmen Ungkap LKLB sebagai Pilar Vital Pendidikan Karakter*

- in Agama, Nasional
5
0

 

*Jakarta – Cosmopolitanpost.com  – 14 Agustus 2025* – Dalam Forum Lintas Agama G20 atau G20 Interfaith Forum (IF20) yang diadakan di Cape Town, Afrika Selatan, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia (Mendikdasmen RI), Abdul Mu’ti, mengangkat peran pendidikan dalam membangun karakter dan peradaban bangsa. Mendikdasmen menekankan salah satu inisiatif Indonesia yaitu Literasi Keagamaan Lintas Budaya, atau LKLB, sebagai pilar vital untuk memperkuat pendidikan karakter dalam masyarakat multikultural dan multiagama.

“Dalam masyarakat multikultural dan multiagama, Literasi Keagamaan Lintas Budaya adalah pilar vital dari pendidikan karakter. LKLB dapat terwujud sejalan dengan nilai-nilai pluralisme positif, toleransi otentik, dan penghormatan terhadap martabat manusia,” kata Abdul Mu’ti dalam sambutan kunci Sesi Pleno IF20 bertajuk “Education: Leading Human Development Imperatives”, di Cape Town, Selasa (12/8/2025).

IF20 diadakan 11-14 Agustus 2024 di Cape Town di bawah Presidensi G20 Afrika Selatan. Forum ini mengumpulkan para pemimpin agama, organisasi masyarakat sipil, pejabat pemerintah, lembaga multilateral, dan akademisi untuk memberikan rekomendasi solusi kepada negara-negara anggota G20 untuk menghadapi tantangan global mendesak menjelang pelaksanaan KTT G20 pada 22-23 November 2025.

Dari Indonesia, hadir sebagai panelis yaitu Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, dan Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Amin Abdullah, yang menyampaikan tentang program LKLB yang telah melatih lebih dari 10.000 guru berbagai agama dari seluruh Indonesia.

“Program Literasi Keagamaan Lintas Budaya, seperti yang dikembangkan oleh Institut Leimena, adalah pendekatan penting untuk pengembangan karakter generasi muda. Program ini membantu mereka menemukan identitas diri, memahami orang lain, dan berkolaborasi untuk membangun masyarakat yang damai, bahagia, dan sejahtera,” kata Abdul Mu’ti.

Mendikdasmen menjelaskan pemerintah Indonesia memprioritaskan pendidikan karakter generasi muda melalui Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, penguatan peran guru, dan pembelajaran mendalam. Selaras dengan itu, LKLB bisa memperkuat Kebiasaan Anak Indonesia Hebat khususnya dalam bermasyarakat, karena mengajarkan nilai-nilai toleransi, menghapus perilaku dan sikap memusuhi penganut agama lain, termasuk pelabelan karena perbedaan interpretasi keagamaan.

Abdul Mu’ti mengatakan LKLB pada akhirnya menyerukan kerja sama diantara berbagai kelompok agama dan kepercayaan, ras, etnis, serta gender untuk menyelesaikan isu-isu global kemanusiaan seperti perusakan lingkungan, pemanasan global, perubahan iklim, dan menemukan solusi untuk mengakhiri perang antarnegara.

“Melalui kolaborasi lintas negara, lintas budaya, dan lintas agama, kita dapat membesarkan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga bijaksana dalam kehidupan sosial,” ujar Mendikdasmen.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, mengatakan UNESCO dalam visi pendidikan 2050 “Reimagining Our Futures Together” yang diluncurkan pada 10 November 2021, menegaskan pentingnya pedagogi yang mempromosikan kerja sama dan solidaritas di tengah dunia yang semakin terpecah dan terpolarisasi.

“Sebagaimana kita lihat apa yang terjadi di dunia saat ini, saya pikir menjadi semakin mendesak dan penting bagaimana kita mengajarkan generasi masa depan untuk menjangkau orang-orang di luar kelompok mereka sendiri, baik kelompok etnis atau agama. Kita berusaha tidak hanya membangun relasi, tapi juga kolaborasi,” kata Matius.

Matius mengatakan program LKLB di Indonesia, yang sudah berjalan empat tahun, adalah contoh nyata kolaborasi lintas agama karena melibatkan lebih dari 40 lembaga pendidikan dan organisasi keagamaan. Program LKLB dimulai dengan ide sederhana yaitu pelatihan guru untuk menumbuhkan rasa saling percaya sebagai modal sosial masyarakat majemuk.

“Indonesia, sebagai contoh, telah melakukan dialog lintas agama selama beberapa dekade, namun dialog kerap hanya langkah awal, dialog stop pada dialog. Kita perlu melangkah lebih konkret untuk berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda agama dengan kita,” katanya.

Anggota Dewan Pengarah BPIP yang juga Senior Fellow Institut Leimena, Amin Abdullah, yang berbicara dalam sesi IF20 berjudul “Education for Solidarity: Cross-cultural Religious Literacy and Addressing Religious Tensions, Violence, and Harmony” (Pendidikan untuk Solidaritas: Literasi Keagamaan Lintas Budaya dan Mengatasi Ketegangan, Kekerasan, dan Harmoni), mengatakan guru berperan penting menyebarkan nilai-nilai harmoni lintas agama.

“Survei nasional yang pernah dirilis mengenai situasi kemajemukan di Indonesia memberikan tiga rekomendasi yaitu pentingnya literasi keagamaan dan pendidikan lintas agama, perlu memperkenalkan agama lain dalam pendidikan Islam, dan mengekspos guru dengan pengalaman positif keberagaman,” ujar Amin.

Redaksi 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may also like

Bhabinkamtibmas Pulau Pari Ajak Warga Bersinergi Jaga Keamanan dan Waspadai Judi Online

Post Views: 12   Pulau Pari –  Cosmopolitanpost.com