Jakarta, Cosmopolitanpost.com
Jakarta, 8 Juli 2025 – Bertempat di Tempat Persatuan Guang Zhao Seluruh Indonesia, Jl. Pinangsia I No. 49, Taman Sari, Jakarta Barat, Delegasi Pertukaran Budaya, Ekonomi, dan Perdagangan Tiongkok-ASEAN hari ini memperingati 620 tahun pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Laut Barat.
Peringatan yang diselenggarakan oleh Kelompok Pertukaran Ekonomi dan Perdagangan Warisan Budaya Takbenda Sabuk dan Jalan Tiongkok ini menjadi momen refleksi atas warisan budaya yang hingga kini masih terasa dampaknya di Indonesia dan Asia Tenggara.
Acara tersebut dihadiri oleh perwakilan berbagai generasi, menyatukan mereka yang secara langsung merasakan pengaruh pelayaran Zheng He. Para narasumber terkemuka, termasuk Haris Chandra, Song Zhuo Wei, Ham Seng Bao, Huang Da, dan Dr. Dan Chen, turut berbagi wawasan berharga.
Lebih dari sekadar pencapaian maritim, ekspedisi Cheng Ho menandai babak penting dalam pertukaran budaya. Seni pertunjukan seperti Opera Nanjing, yang dibawa oleh para kru Cheng Ho, telah beradaptasi dan berkembang di Indonesia, menjadi bagian integral dari lanskap budaya lokal. Nanyin, musik tradisional Tionghoa, menawarkan jendela ke masa lalu, menghubungkan kita dengan sejarah Tiongkok yang kaya dan beragam. Pengobatan tradisional Tiongkok, diperkenalkan oleh para dokter dalam armada Cheng Ho, juga masih dipraktikkan hingga kini, membuktikan dampak jangka panjang pelayaran tersebut.
Kebijaksanaan militer Laksamana Cheng Ho juga menjadi sorotan. Keberhasilannya bukan semata-mata karena kekuatan armada yang besar, tetapi juga karena strategi diplomasi yang cerdas dan pendekatan yang bijaksana.
Han Du, salah satu pembicara, mengungkapkan lima aspek kunci dari kepemimpinan Cheng Ho: diplomasi yang kuat, penggunaan kekuatan yang terukur, pentingnya intelijen, fleksibilitas strategi, dan pemanfaatan jaringan. Kelima aspek ini menjadi bukti kecerdasan dan kejelian Cheng Ho dalam memimpin ekspedisi besar tersebut.
Diplomasi yang diutamakan Cheng Ho terlihat dari upayanya memprioritaskan negosiasi sebelum menggunakan kekuatan militer. Ia membawa dekrit kekaisaran dan hadiah sebagai simbol persahabatan dan niat baik. Penggunaan kekuatan militer hanya sebagai upaya terakhir menunjukkan pendekatan yang damai dan bijaksana. Ketepatan informasi intelijen yang dikumpulkan sebelum ekspedisi menjadi kunci keberhasilannya dalam bernavigasi dan berinteraksi dengan berbagai budaya.
Fleksibilitas strategi Cheng Ho juga patut diacungi jempol. Ia mampu beradaptasi dengan berbagai situasi dan menyesuaikan pendekatannya berdasarkan kondisi setempat. Kemampuan adaptasi ini menjadi kunci keberhasilannya dalam menjalin hubungan baik dengan berbagai kerajaan dan komunitas di Asia Tenggara. Terakhir, pemanfaatan jaringan pedagang dan komunitas Tionghoa perantauan memberikan dukungan logistik dan informasi yang sangat berharga bagi keberhasilan ekspedisi.
Pelayaran Cheng Ho lebih dari sekadar catatan sejarah pelayaran. Ini adalah bukti nyata bagaimana pertukaran budaya dapat memperkaya dan memperkuat hubungan antarbangsa. Warisan budaya tak benda yang dibawa Cheng Ho terus hidup dan berkembang, menjadi jembatan penghubung yang kuat antara Tiongkok dan Indonesia, serta negara-negara Asia Tenggara lainnya. Peringatan ini menjadi pengingat penting akan nilai perdamaian, kolaborasi, dan saling pengertian antar budaya.
Acara peringatan ini ditutup dengan harapan agar warisan Laksamana Cheng Ho dapat terus menginspirasi generasi mendatang untuk membangun hubungan yang lebih erat dan harmonis antar bangsa, serta menghargai kekayaan budaya yang ada.
Jurnalis : Hendra