Stunting: Pengertian, Gejala, Penyebab, Dampak, Pengobatan dan Pencegahan, Kondisi di Indonesia

Stunting: Pengertian, Gejala, Penyebab, Dampak, Pengobatan dan Pencegahan, Kondisi di Indonesia

- in Featured, Opini & Analisa
28
0

Stunting: Pengertian, Gejala, Penyebab, Dampak, Pengobatan dan Pencegahan, Kondisi di Indonesia

 

Oleh: Amistan Purba

 

1. Arti Stunting

Mengutip dari Buletin Stunting yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI, stunting adalah kondisi yang ditandai ketika panjang atau tinggi badan anak kurang jika dibandingkan dengan umurnya. Sederhananya, stunting adalah kondisi ketika anak mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek dibandingkan dengan teman-teman seusianya.

2. Gejala Stunting

Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, seorang anak dapat dikatakan stunting ketika sudah melakukan pengukuran panjang/tinggi badan, kemudian dibandingkan dengan standar baku pengukuran tinggi badan menurut usia dari WHO, dan hasil pengukuran berada di bawah standar.

Beberapa gejala stunting, di antaranya:
– Memiliki tubuh yang lebih pendek dari anak seusianya
– Berat badan tidak naik, bahkan cenderung menurun
– Mengalami perkembangan yang terlambat sesuai anak seusianya
– Anak menjadi lebih rentan terserang berbagai penyakit infeksi
– Memiliki gangguan kecerdasan di kemudian hari

Kita dapat mengetahui apakah tinggi anak normal atau tidak dengan memeriksakan kondisi anak secara rutin di pelayanan kesehatan terdekat seperti dokter, bidan, posyandu, maupun puskesmas. Kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.

3. Penyebab Stunting

Stunting tidak terjadi secara tiba-tiba. Penyebab utama stunting yaitu kekurangan nutrisi. Masalah kesehatan ini merupakan akibat dari berbagai faktor yang terjadi pada masa lalu. Berbagai faktor tersebut antara lain: asupan gizi yang buruk, kondisi sosioekonomi keluarga, ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah, cara pemberian makan yang salah (inappropriate feeding practice), berkali-kali terserang penyakit infeksi, bayi lahir prematur, serta berat badan lahir rendah. Kondisi tidak tercukupinya asupan gizi anak ini biasanya tidak hanya terjadi setelah ia lahir saja, melainkan bisa dimulai sejak ia masih di dalam kandungan.

Anak masuk ke dalam kategori stunting ketika panjang atau tinggi badannya menunjukkan angka di bawah minus dua Standar Deviasi (-2 SD) atau di bawah Z-score minus dua (Z-Score -2). Penilaian status gizi dengan Standar Deviasi tersebut biasanya menggunakan Grafik Pertumbuhan Anak (GPA) dari WHO. Tubuh pendek pada anak yang berada di bawah standar normal merupakan akibat kondisi kurang gizi yang telah berlangsung dalam waktu lama. Hal tersebut yang kemudian membuat pertumbuhan tinggi badan anak terhambat sehingga mengakibatkan dirinya tergolong stunting. Kondisi stunted bisa disebabkan oleh faktor genetik dan keluarga, misalnya apabila kedua orangtua juga berperawakan pendek. Selain panjang/tinggi badan, pengukuran berat badan juga penting untuk menentukan perawakan pendek diakibatkan karena masalah gizi atau tidak. Sehingga, stunting tidak dapat dilihat hanya berdasarkan perasaan atau kira-kira tanpa adanya pengukuran yang pasti.

4. Dampak Stunting

Stunting sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis di masa awal kehidupan anak. Risiko dari dampak stunting sendiri terbilang wajib diwaspadai karena mempengaruhi tumbuh kembang anak secara langsung, kini atau dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, gangguan pertumbuhan fisik, gangguan perkembangan motorik pada bayi. Sedangkan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan membuat anak lebih rentan terhadap penyakit tidak menular saat dewasa nanti. Penyakit tidak menular tersebut antara lain obesitas, penyakit jantung, dan hipertensi.

Presiden Jokowi mengatakan, dampak stunting ini bukan hanya urusan tinggi badan, tetapi yang paling berbahaya adalah nanti rendah kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan yang ketiga munculnya penyakit-penyakit kronis yang gampang masuk ke tubuh anak (disampaikan pada Rakernas Banggakencana dan Percepatan Penurunan Stunting 2023 di Auditorium BKKN pada Rabu 25 Januari 2023).

Catatan Bank Dunia (2016) menyatakan bahwa dalam jangka panjang stunting dapat menimbulkan kerugian ekonomi sebesar 2-3% dari produk domestik bruto (PDB) per tahun, ini dampak stunting bagi negara.

5. Pengobatan Stunting

Penanganan stunting dapat melalui pengobatan (penyakit penyebabnya), perbaikan nutrisi, pemberian suplemen, serta penerapan pola hidup bersih dan sehat. Berikut adalah tindakan yang dapat dilakukan oleh dokter:
– Mengobati penyakit yang mendasarinya, misalnya memberikan obat-obatan antituberkulosis bila anak menderita TBC
– Memberikan nutrisi tambahan, berupa makanan yang kaya protein hewani, lemak, dan kalori
– Memberikan suplemen, berupa vitamin A, zinc, zat besi, kalsium, dan yodium
– Menyarankan keluarga untuk memperbaiki sanitasi dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, guna mencapai keluarga yang sehat.

6. Pencegahan Stunting

Stunting bisa dicegah dengan menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan risikonya. Upaya yang bisa dilakukan antara lain:
– Memenuhi asupan gizi yang cukup sebelum merencanakan kehamilan dan selama kehamilan
– Mencukupi asupan gizi, terutama selama 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu sejak pembuahan sel telur hingga anak berusia 2 tahun
– Memberikan ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan
– Memastikan anak mendapatkan imunisasi lengkap

Selain itu beberapa cara mencegah stunting:

Untuk Anak dan Remaja
– Membiasakan anak untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat, tidak merokok, dan tidak memakai narkoba
– Memberikan pola gizi yang seimbang
– Melakukan imunisasi lanjutan saat usia sekolah
– Mengajarkan anak mengenai kesehatan reproduksi

Untuk Dewasa Muda
– Melakukan deteksi dini terkait penyakit menular dan tidak menular
– Bagi yang sudah berkeluarga, mempersiapkan kehamilan secara terencana (KB)

7. Kondisi Stunting di Indonesia

Kasus stunting di Indonesia merupakan masalah yang tidak hanya disebabkan oleh masalah gizi semata, namun juga mencerminkan tingkat sosioekonomi suatu negara. Pada daerah-daerah dengan kemiskinan tinggi, seringkali ditemukan balita kekurangan gizi akibat ketidakmampuan orang tua memenuhi kebutuhan primer rumah tangga.

Berdasarkan data WHO, suatu negara dikatakan mengalami masalah stunting bila jumlah kasusnya berada di atas 20%. Sementara itu, berdasarkan data tahun 2014 kasus stunting di Indonesia sebanyak 37%, tahun 2018 sebanyak 30,8%. Kasus stunting terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia dan di seluruh kelompok sosial ekonomi. Tahun 2019 tercatat jumlah stunting masih 27,7%. Oleh karena itu, pencegahan dan penanganan stunting menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional.

Presiden Jokowi menargetkan penurunan stunting tahun 2024 menjadi 14%. Percepatan penurunan stunting di Indonesia, tingkat pusat melibatkan Kementerian/Lembaga (salah satunya Kemensos). Pencegahan Stunting melalui program nasional Kementerian Sosial dapat dilakukan melalui program perlindungan sosial yaitu Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan sembako dengan fokus program yaitu memastikan ketersediaan pangan yang bergizi bagi rumah tangga Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan pemberiaan bantuan biaya untuk pemeriksaan kesehatan rutin bagi ibu hamil.

Program Bantuan Pangan Sembako dapat dilakukan peningkatan akses pangan bergizi, peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi. Untuk program PKH mendorong KPM memiliki akses dan memanfaatkan pelayanan sosial dasar kesehatan, pendidikan, pangan dan gizi. Kemudian juga dapat memfungsikan Fungsional Penyuluh Sosial dan Penyuluh Sosial Masyarakat merupakan pilar/ SDM dari Kementerian Sosial RI yang berperan dalam meminimalisir Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS) serta permasalahan program nasional salah satunya stunting melalui Komunikasi, Informasi, Motivasi dan Edukasi (KIME).

Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4% atau 5,33 juta balita. Prevalensi stunting ini telah mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya, sedangkan tahun 2022 mencapai 21,6%. Penurunan stunting bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat dan kualitas sumber daya manusia.

Dalam Rakernas Banggakencana dan Percepatan Penurunan Stunting 2023 di Auditorium BKKN pada Rabu 25 Januari 2023, Presiden Jokowi mengatakan, stunting masih menjadi masalah besar yang harus segera diselesaikan di Tanah Air. Apalagi stunting dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia sebuah negara, bukan hanya berdampak kepada kondisi fisik anak, melainkan juga kesehatan hingga kemampuan berpikir anak. Untuk itu, Presiden meminta agar setiap daerah memiliki data yang akurat dan rinci sehingga mempermudah para penyuluh untuk mengawasi dan memberikan perawatan kepada anak yang mengalami stunting. Selain itu pihak swasta juga diharapkan dapat dilibatkan dalam upaya penurunan stunting di Indonesia.

Presiden Jokowi meyakini target stunting 2024 sebesar 14% dapat dicapai jika semua pihak bekerja sama dalam mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia. Dengan kekuatan kita bersama, semuanya bergerak, angka itu bukan angka yang sulit untuk dicapai, asal semuanya bekerja bersama-sama.

Penulis:
Amistan Purba, S.Si (Teol.), SE, MM.
Akademisi Agama Kristen & Ilmu Ekonomi
STIE Dharma Bumi Putera, Jakarta

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may also like

Ukir Banyak Prestasi, Budi Gunawan Aklamasi Terpilih Kembali Ketum PB ESI 2024 – 2029

Post Views: 3 Ukir Banyak Prestasi, Budi Gunawan