Anak-anak Penyintas Badai Bandang dan Tanah Longsor di Lembata Masuki Tahap Pemulihan

Anak-anak Penyintas Badai Bandang dan Tanah Longsor di Lembata Masuki Tahap Pemulihan

- in Featured, Nasional
312
0

Anak-anak Penyintas Badai Bandang dan Tanah Longsor di Lembata Masuki Tahap Pemulihan
 
 Lembata, Gramediapost.com
 
Hampir satu bulan berlalu sejak badai bandang dan tanah longsor akibat badai siklon tropis Seroja menerpa Nusa Tenggara Timur dan sekitaranya, termasuk hingga ke Kabupaten Lembata. Setelah sempat dinyatakan berada dalam fase darurat bencana, kini Kabupaten Lembata pun memasuki fase pemulihan pascabencana, mengikuti instruksi dari Pemerintah Kabupaten Lembata pada Sabtu (24/4) lalu.
Berkaitan dengan keputusan tersebut, Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) yang telah bekerja sejak 2006 di Lembata dan memiliki sekitar 10 ribu anak dampingan di wilayah itu turut mendukung upaya pemulihan Kabupaten Lembata. Khususnya, dengan fokus terhadap anak-anak dan keluarga dampingan yang terdampak.
Berdasarkan catatan Plan Indonesia, sebanyak 1.178 anak dampingan terdampak bencana di Lembata, dengan 1.058 di antaranya terpaksa dievakuasi ke pusat pengungsian terdekat.
Untuk membantu anak-anak dan keluarga mereka tetap berdaya selama tinggal di pengungsian, Plan Indonesia memberikan bantuan yang difokuskan kepada tiga sektor, yaitu Pendidikan di masa darurat (education in emergency), perlindungan anak di masa darurat (Child Protection in Emergency), penyaluran air bersih dan sanitasi (water, sanitation, hygiene in emergency), melalui mekanisme bantuan non-tunai (Cash Voucher Assistance / CVA).
Penyaluran bantuan ini dilakukan secara bertahap, dengan periode 45 hari awal (sejak 16 April 2021) yang dilakukan dengan pendanaan sebesar 69.201 Euro (sekitar Rp 1,2 miliar) dari START Fund–konsorsium internasional yang terdiri dari 42 lembaga nonprofit yang bergerak untuk memperkuat sistem bantuan kemanusiaan, serta melalui Pendanaan sponsorship Plan International dan local fundraising.
Hingga 23 April 2021, Plan Indonesia dan tim relawan setempat telah memfasilitasi aktivitas rekreasi bagi anak-anak di 6 pusat pengungsian, yang dihadiri sekitar 30-40 anak per sesi dan memperhatikan protokol kesehatan COVID-19. Selain itu, Plan Indonesia juga tengah memproses beberapa bantuan lainnya, seperti pembentukan 9 pusat cuci tangan di pengungsian, penyaluran 750 paket hunian darurat dan manajemen kebersihan menstruasi, serta 1.221 perlengkapan sekolah bagi anak dampingan.
Bantuan yang diberikan telah menyesuaikan dengan kondisi dan kendala di lapangan. Di antaranya, termasuk tidak adanya peralatan rekreasi yang tersedia untuk anak, nihilnya mekanisme pelaporan perlindungan anak, juga tidak adanya bantuan pembelajaran bagi anak-anak dari pemerintah atau agensi lain hingga saat ini. Plan Indonesia terus berkoordinasi dengan pemerintah dan organisasi kemanusiaan setempat untuk memitigasi kendala ini.
Pemberian bantuan yang tengah dilakukan Plan Indonesia merupakan lanjutan dari kaji cepat kebutuhan dan penyaluran bantuan awal yang telah dilakukan sejak awal April 2021. Sebelumnya, Plan Indonesia telah mendistribusikan sebanyak 370 paket hunian darurat dan juga paket manajemen kebersihan menstruasi kepada anak dan keluarga terdampak.
Selain memberikan bantuan, hingga saat ini, Plan Indonesia juga masih terus mendorong partisipasi publik melalui penggalangan dana bagi anak-anak Lembata melaluikitabisa.com/bantuanlembata danbenihbaik.com/bantuanlembata.
Sebagai lembaga yang bergerak di bidang pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan, Plan Indonesia mengutamakan kebutuhan dan perlindungan terhadap anak-anak dan keluarga penyintas dalam setiap proses tanggap darurat.  Dalam kondisi bencana yang mengharuskan para penyintas harus berlindung di pengungsian, kelompok anak, perempuan, dan orang dengan disabilitas berada dalam posisi yang semakin rentan. (***)
(Hotben)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may also like

Gereja & Masyarakat Marjinal

Post Views: 4,782 Gereja & Masyarakat Marjinal